Sabtu, 24 September 2011

Diary on December

part 2


Matahari sudah muncul menyinari bumi ini. Ayampun sudah selesai melaksanakan tugasnya membangunkan orang pagi hari, bahkan sudah dari tadi. Yaiyalah gimana enggak sekarang sudah pukul tujuh pagi!

“Rani! Bangun nak!” terdengar suara nyokapnya Rani dari lantai bawah.

Tapi Rani tetap dalam posisinya dan tak bergerak sedikitpun. Terlelap di balik selimut dan berada di dunia khayangan.

“Van, sekarang kamu ke atas dan bangunin adikmu yang satu itu!” kata mama kepada Rivan.
“Iya mah” Rivan segera beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar Rani

Jegrek.jegrek.jegrek. Hendel pintu bergoyang-goyang. Dan akhirnya tebuka.

Dilihatnya Rani masih dalam posisi meringkuk di dalam selimut dan tertidur pulas. Rivanpun berjalan menuju kasur sang adik. Rivan mengguncang-guncang badan Rani namun Rani tetap berada di dunia khayangan. Lalu Rivan berteriak-teriak di telinga Rani, namun hasilnya tetap sama. Tak ada cara lain pikir Rivan. Rivan mengambil belas yang berisi air minum di meja belajar Rani dan…

BYUUUR!

“Apa-apaan sih lo Van?” Rani marah karena di siram air

“Abis, lo ga bangun-bangun” bela Rivan

“Ada cara yang lebih baik gak sih buat bangunin adiknya?” pekik Rani jengkel

“Ya udah sih! Salah lo sendiri gak bangun-bangun!”

“Sekarang kan hari Minggu Van! Gue ngantuk! Lo tau kan hari Minggu adalah hari tidur Angelina Diary?”
“Ihk dasar kebo lo! Udah buru mandi! Di tunggu mama di bawah!”

Brak!

Rivan keluar kamr Rani dan turun ke bawah.
Yaialah masa turun ke atas? Yang bener aja.

***

Selesai mandi Rani langsung turun ke bawah dan menuju meja makan. Kebiasaan di keluarga Rani adalah ga boleh makan dulu sebelum semua keluarga komplit.

Rani bingung hari ini memangnya ada acara apa? Karena biasanya kalo hari Minggu Rani dan Rivan bangunnya memang selalu siang, dan Ranipun bertanya kepada nyokapnya, “Ada apa sih mah? Ini kan hari Minggu. Biasanya juga hari Minggu aku bangunnya siang?”

“Dasar kebo lo!” ledek Rivan

“Sialan! Emangnya lo ga siang bangunnya kalo hari minggu?” balas Rani kesal

“Sudah-sudah jangan ribut! Hari ini papah dan mamah kan mau ke Jerman, masa kamu lupa Ran?” suara mamahnya sangat lembut di telinga.

Mamah Rani tidak pernah marah pada anak-anaknya mamahnya Rani adalah ibu yang sangat sempurnya di mata Rani dan Rivan. Maka dari itu Rani dan Rivan sangat menyayangi ibunya.

Aduh kenapa coba Rani bisa lupa kalo hari ini nyokap-bokapnya bakalan berangkat ke Jerman, “Oiya mah Rani lupa! Maaf ya mah” sesal Rani

“Ya sudah sekarang kita sarapan dan setelah itu kita pergi ke bandara.” Kata papah dengan suara yang mencerminkan kebijaksanaan.

Setelah selesai makan Rani dan keluarganyapun pergi ke bandara untuk mengantar sang mamah dan papah.

***

“Mah, pah. Hati-hati ya di sana. Rani pasti sangat merndukan kalian” kata Rani dalam pelukan nyokapnya

“Iya sayang! Kamu juga hati-hati ya di sini. Jangan berantem aja sama Rivan. Mama sayang kalian” mamah mencucurkan air mata. “Rivan kamu jaga adikmu ini ya nak! Jangan sering menjahili Rani. Mamah tau kamu sangat menyayangi Rani” lanjut mama.

Perhatian-perhatian. Pesawat Indonesia-Singapore akan segera berangkat.

Bokap-nyokap Rani memang tidak langsung ke Jerman karena harus menemui pak Burhan teman bisnis bokapnya di Singapore.

“Mama dan papa pergi dulu ya nak! Jaga diri kalian baik-baik” mamah berjalan melewati kerumunan orang yang berlalu-lalang dan menghilang.

Rani dan Rivan pun pulang ke rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar